Dalam gramatika bahasa Arab untuk menyusun sebuah kalimat sempurna dibagi menjadi 2 cara, yaitu:
1. Jumlah Ismiyah
2. Jumlah Fi’liyah
Jumlah Ismiyah adalah cara menyusun sebuah kalimat (jumlah) dengan mendahulukan Isim terlebih dahulu. Isim bisa disamakan dengan kata benda dalam bahasa Indonesia. Sedangkan Jumlah Fi’liyah adalah cara menyusun sebuah kalimat dengan mendahulukan Fi’il terlebih dahulu. Fi’il dalam bahasa Indonesia bisa disepadankan dengan kata kerja.
Contoh Jumlah Ismiyah :
زَيْدٌ ذَهَبَ
Zaid telah pergi.
Contoh Jumlah Fi’iliyah :
ذَهَبَ زَيْدٌ
Telah pergi Zaid.
Dalam bahasa Arab, Fi’il berkaitan dengan waktu kapan pekerjaan itu dilakukan. Keterangan kapan sebuah pekerjaan itu dilakukan, dijelaskan langsung oleh fi’il yang bersangkutan sesuai dengan bentuknya, apakah lampau (madhi), sedang terjadi (mudhori’), ataukah perintah (amr). Berbeda dengan bahasa Indonesia, kata kerja tidak terkait dengan waktu. Keterangan waktu dari sebuah kata kerja dalam bahasa Indonesia dijelaskan dengan kata yang lain berupa kata keterangan waktu.
Dalam surat Al Fatiha pada ayat :
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Jika kita mencoba merenungkan setiap firman Allah. Maka kita bisa merasakan begitu sempurnanya bahasa Al Quran. Kita bisa mengambil salah satu pelajaran penting dari ayat ini. Bahwa seluruh pujian tetap bagi Allah. sejak dahulu kala tanpa awal dan seterusnya tanpa akhir, apakah seluruh makhluk yang Allah ciptakan memujiNya atau pun seluruh makhluk yang Allah ciptakan tidak memujiNya. Maka Dia, Allah Yang Maha Kaya dan Maha Terpuji, Allah Al Ghonniy Al Hamiid akan tetap Terpuji. Sekalipun seluruh makhluk ingkar dan kafir kepada Allah serta mencelaNya, maka tidak mengurangi sedikitpun pujian bagi Allah. Baik di masa lampau, di masa lalu atau pun di masa yang akan datang dan seterusnya Allah tetaplah Maha Terpuji. Dan seluruh pujian hanya bagiNya. Karena ayat ini menggunakan bentuk Jumlah Ismiyah. Yang artinya tidak ada kaitannya dengan kapan pujian itu diberikan oleh Allah sebagaimana Jumlah Fi’iliyah yang akan menuntut Fi’il memberikan keterangan kapan pujian itu diberikan. Sedangkan dalam ayat ini pujian tersebut tidak diterangkan apakah pujian bagi Allah itu lampau, sedang terjadi, atau yang akan datang. Yang artinya bahwa Allah Selalu Terpuji.
Hari ini, saat ini, kita bisa berucap “Alhamdulillaah” kemudian kita akan sibuk dengan aktivitas harian. Apakah kemudian Allah lantas tidak terpuji ketika kita tidak memujiNya. Tentu TIDAK. Baik kita memujiNya atau kita meninggalkan untuk memujiNya, maka Allah tetaplah Maha Terpuji dan seluruh pujian hanya bagiNya. Justru kitalah yang butuh untuk selalu memujiNya dan akan hina ketika tidak memujiNya.
Allahu A’lam.
Penulis: Ari Setiawan Abimanyu S.Kom.