بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ
Pasti kamu benar-benar akan melihat (neraka) Jahim.
- Lam berharokat fathah (لَ) : lam huruf taukid atau sebagian pendapat menyatakan huruf qosam/sumpah. Mabni fathah
- Tarowunna ( تَرَوُنَّ ) : Fi’il mudhori’ yang bersambung nun taukid tsaqilah. Fi’il mudhori dhomir antum ( أَنْتُمْ ). Aslinya tarowna ( تَرَوْنَ ) . Karena bersambung dengan nun tauqid tsaqilah ( نَّ ) maka nun fathah dihapus dan wawu yang berharokat sukun menjadi berharokat dhommah karena pertemuan dua sukun /iltiqoo’us sakinaini. Jadi kalau diurai نْ نَ bertemu وْ. Wawu di situ adalah wawu jama’ah fa’il dhommir muttashil/dhomir yang bersambung, mabni sukun muqoddar. ( تَرَوْنَ ) dhomir huwanya adalah ro’a ( رَأَى ). Masuk wazan tsulatsi mujarrad mahmuz naqis ya’i wazan fa’ala yaf’alu.
- Al-Jahiima ( الْجَحِيْمَۙ ) : Posisi sebagai maf’ulun bih manshub dengan tandanya fathah.
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ
Kemudian, kamu pasti benar-benar akan melihatnya dengan ainulyakin.
- Bagian ini hampir sama hanya berbeda dibagian akhir yang bersambung dengan dhomir ghoib muttashil ( هَا ) . Posisinya sebagai maf’ulun bih manshub mabni sukun. Kembali kepada ( الْجَحِيْمَ ) di ayat sebelumnya.
Allah menegaskan dalam kata tersebut menggunakan Lam Taukid bahwasanya orang yang bermegah-megahan akan melihat neraka Jahiim. Kemudian ditambah dengan penegasan Taukid Nun. Nun taukid yang digunakan adalah Nun Taukid Tsaqilah, sedangkan kita tahu ada yang namanya Nun Tauqid Khofifah. Tidak berhenti di situ, Allah mengulang kata dengan sususan yang sama di ayat selanjutnya ditambah dengan kata Ainul Yaqin. Benar-benar keyakinan itu timbul karena langsung melihat neraka Jahiim.