IKIGAI
Sudah lama ingin review sedikit tentang buku ini. Selesai dibaca kira-kira 3 minggu lalu sejak tulisan ini dibuat. Mendengar judul buku ini sudah terasa di telinga kalau kata ini berasal dari Negeri Sakura. Pertama kali mendengar kata ini dari tayangan video Youtube Channel SatuPersenIndonesianLifeSchool.
Ikigai adalah salah satu filosofi bangsa Jepang yang cukup menarik. Tersusun dari 2 kata Iki dan Gai. Iki artinya adalah kehidupan, Gai artinya adalah makna, arti, tujuan, alasan. Jadi Ikigai bisa diartikan makna kehidupan, tujuan kehidupan, the purpose of life.
Mudah memahami Ikigai. Tapi tidak mudah untuk menemukannya. Kalau kita masih ingat pelajaran Matematika tentang Himpunan atau Diagram Venn, Ikigai itu merupakan Irisan dari 4 diagram. Empat diagram itu adalah:
- Apa yang kita cintai
- Apa yang kita kuasai
- Apa yang dunia butuhkan
- Apa yang kita dibayar karenanya
Irisan antara “apa yang kita cintai” dengan “apa yang dunia butuhkan” disebut Mission. Irisan antara “apa yang kita cintai” dengan “apa yang kita kuasai” disebut Passion. Irisan antara “apa yang kita kuasai” dengan “apa yang kita dibayar karenanya” disebut Profession. Irisan antara “apa yang dunia butuhkan” dengan “apa yang kita dibayar” karenanya disebut Vocation.
Kalau kegiatan seseorang sudah beririsan pada keempat hal tersebut maka hidupnya menjadi lebih seimbang dan penuh makna. Kalau ada yang kurang satu irisan saja maka kurang lengkap. Seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan biasanya dia memiliki 2 irisan atau 3 irisan. Dia suka jenis pekerjaan yang dia geluti dan memiliki skill di bidangnya plus dibayar dengan gaji yang sangat memuaskan. Tapi pertanyaannya adalah apakah bidang pekerjaannya benar-benar dibutuhkan dunia?. Kasus lain, kalau seseorang yang bekerja di perusahaan tersebut sudah memiliki skill di bidangnya dan gaji yang cukup tapi TIDAK mencintai pekerjaannya dan diragukan apakah bermanfaat buat dunia atau tidak maka hanya 2 buah irisan saja. Mending resign..!!! Haha (Just kidding, Janganlah. Jaman lagi sulit banyak yang susah cari kerja). Kalau irisannya hanya pada lingkaran “apa yang kita sukai” dan “apa yang kita kuasai” dan gak ada yang bayar maka akan ada turbulensi dalam kehidupan kita terkait ekonomi. Kekurangan cuan.
Konteks lingkaran ketiga “Apa yang dunia butuhkan” saya memahami ini berkaitan dengan kemaslahatan dan kebermanfaatan secara global. Semisal memecahkan masalah kemiskinan dan kelaparan, kepedulian kepada alam dan lingkungan, kepedulian kepada binatang, menciptakan perdamaian dan kesejahteraan dan hal-hal lain yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia. Jadi lebih kepada apa-apa yang perlu dilakukan untuk memakmurkan bumi selaku Khalifah Fil Ardh.
Teringat dengan gagasan dari Ustadz Harry Santosa rahimahullah selaku penulis buku Fitrah Based Education dan Fitrah Based Life terkait misi global penciptaan manusia sebagai pemimpin di muka bumi, kita juga seyogyanya memiliki misi spesifik. Dan setiap individu tentunya memiliki misi yang berbeda-beda. Dalam buku beliau kita juga diarahkan bagaimana menemukan misi spesifik kita hidup di dunia. Gagasan beliau tentang MIssion juga berbeda dengan makna Mission dari sekedar 2 buah irisan diagram tersebut karena Mission yang Ustadz Harry Santosa maksud berkaitan dengan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah baik dalam dimensi vertikal maupun horizontal
Ikigai juga yang menjadi alasan orang melakukan sesuatu ketika bangun tidur. Ketika bangun tidur kita tahu mau melakukan apa. Ikigai inilah yang menjadi bahan bakar untuk beraktifitas. Selain itu dampak filosofi Ikigai ini bisa meningkatkan harapan hidup menurut penuturan sebagian orang. Penulis buku Ikigai secara langsung melakukan kunjungan ke Negeri asal filosofi ini berasal. Penulis pergi mengunjungi kepulauan Okinawa di Jepang. Lebih spesifik lagi yaitu desa Ogimi. Kenapa ke sini? Karena di kepulauan ini banyak hidup Centenarian. Centenarian adalah orang yang hidup lebih dari 100 tahun. Bahkan ada sampai pada level Super Centenarian. Kalau Super Centenarian usianya mencapai 110 tahun ke atas. Padahal jika dikomparasikan dengan usia umat-umat terdahulu tidak ada bandingannya ya, semisal dengan umat Nabi Nuh ‘alaihi salam.
Di awal-awal halaman buku ini saya langsung menanggapi dalam hati karena seakan-akan hidup panjang adalah tujuan yang harus dicapai. Padahal yang diharapkan adalah keberkahan hidup. Karena usia panjang tidak menjamin banyaknya amal. Kontra saya ini mungkin ada korelasinya dengan perbedaan makna usia dan umur. Dalam bahasa Indonesia mungkin tidak ada bedanya antara usia dan umur. Tapi dari pendekatan Bahasa Arab sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Ahsanur Ahmad Lc. antara usia dan umur berbeda: “Bahasa Arab menggunakan kata sinnun dan umrun. Sinnun dalam Bahasa Arab adalah kata yang bisa berarti gigi dan bisa juga berarti usia. Adapun umrun bisa berarti makmur bisa berarti umur. Dari keterkaitan ini terlihat bahwa sinnun identik dengan fisik, sedangkan umrun identik dengan apa yang dilakukan seseorang untuk memakmurkan hidupnya. Masa hidup biologis atau usia kita tidak pernah bertambah. Ia terus berkurang, semakin hari semakin pendek, setiap waktu ia habis. Yang bisa kita tambah adalah masa hidup sejarah atau umur kita. Untuk membuat umur lebih panjang dari usia adalah dengan memakmurkan hidup ini dengan kerja-kerja yang berarti serta amal-amal saleh tanpa akhir. Berkarya, beramal dan semua yang bisa membuat hidup ini tidak sia-sia.”
Apakah harus satu pekerjaan yang digeluti dan mencakup 4 irisan itu? Ya tidak harus. Karena itu kan sebuah filosofi yang bisa kita terima dan kita tolak. Semisal sudah ada 3 irisan di sebuah aktifitas maka tinggal digenapi irisan 1 sisanya dengan aktifitas yang lain. Lagipula kita yang Muslim tentunya sudah ada koridor dan jalan yang jelas. Islam itu sendiri telah menjadi Way of LIfe. Hanya saja sering kali jalan itu samar tertutup kabut kebodohan dan teralihkan oleh jalan-jalan syahwat. Kebodohan dihilangkan dengan Ilmu. Syahwat dikendalikan dengan ketakwaan.
Ari Abimanyu
2022/10/15
RQDNAT (Rumah Quran Darun Ni’mah Amanah Takaful)