Alkisah ada seorang kaya raya dari Bani Israil yang tidak memiliki ahli waris kecuali satu orang saja. Ahli warisnya adalah anak saudaranya atau keponakannya. Singkat cerita karena ahli waris ini tidak sabar mendapatkan harta warisan yang begitu banyak maka ahli waris ini membunuh orang kaya tersebut pada suatu malam dan meletakkan mayat pamannya di depan pintu salah seorang dari Bani Israil.
Pada saat pagi hari mereka saling memanggil karena ada kasus pembunuhan. Kasus ini berdampak timbulnya permusuhan dan saling angkat senjata antara mereka. Hingga ada seorang yang berakal di antara mereka yang menyarankan mereka meminta bantuan Nabi Musa untuk menunjukkan siapa pelaku pembunuhan tersebut.
Kemudian Nabi Musa berdoa kepada Allah untuk meminta petunjuk siapa pelaku pembunuhan tersebut. Kemudian Allah menurunkan wahyu yang memerintahkan untuk menyembelih sapi sebagaimana ada kisah tersendiri yang telah disebutkan di Al-Quran. Kemudian mereka diperintahkan mangambil bagian dari sapi yang telah disembelih tersebut dan memukulkannya kepada mayit dari orang kaya. Dengan izin Allah mayat itu hidup dan berdiri di depan mata mereka. Kemudian dia mengabarkan siapa pembunuh dirinya. Setelah itu dia kembali mati. Kemudian pelaku pembunuhan itu diqishoh atas perbuatannya.
Kejadian ini menjadi pelajaran yang besar untuk Bani Israil dan tentunya untuk kita selaku umat Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka diperlihatkan bagaimana orang yang telah mati dihidupkan sebagaimana nanti manusia akan dihidupkan dari kubur-kubur mereka saat hari kiamat. Selain itu, hal menakjubkan tersebut juga menolak anggapan mereka yang menuduh mukjizat-mukjizat Nabi Musa adalah sihir karena kejadian ini mareka sendiri yang mempraktekkannya. Sehingga mukjizat-mukjizat Nabi Musa menjadi terang benderang untuk mereka saksikan dan agar mereka (dan kita) menjadi orang-orang yang berpikir.
Sumber:
Tafsir Al-Waadih Al-Muyassar
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shobuniy